cerpen

Ketika sang mentari condong ke arah barat dengan merah membaja menerpa hamparan sawah yang menguning, merunduk dihinggapi burung-burung pipit menumpang sekedar mengisi perut atau untuk tinggal sementara menetaskan telur-telur mereka yang terancam hempasan angin taupan diatas ketinggian dahan-dahan pepohonan. Semilir berhembus menggoyang-goyangkan pepohonan yang menjulang tinggi mencakar langit dengan angkuhnya, seolah tak mau tau apa yang terjadi dibawahnya. Namun angin taupan telah mengobrak abriknya dan menyadarkan ia akan


Ketika sang mentari condong ke arah barat dengan merah membaja menerpa hamparan sawah yang menguning, merunduk dihinggapi burung-burung pipit menumpang sekedar mengisi perut atau untuk tinggal sementara menetaskan telur-telur mereka yang terancam hempasan angin taupan diatas ketinggian dahan-dahan pepohonan. Semilir berhembus menggoyang-goyangkan pepohonan yang menjulang tinggi mencakar langit dengan angkuhnya, seolah tak mau tau apa yang terjadi dibawahnya. Namun angin taupan telah mengobrak abriknya dan menyadarkan ia akan betapa lemahnyaia dari angin yang tak nampak dengan mata yang telah menumbangkan satu demi satu kawan mereka. Begitupun aku, cinta telah mengobrak abrik meluluh lantakkan keangkuhanku, mencoba menerima kekurangannya bahkan rela tersakiti demi senyum sang pujaan hati tetap mekar. Kugali ia. Kelemahannya adalah sesuatu yang unik bagiku, kelebihannya adalah dewa. Memilikinya adalah kebanggaan yang tak ternilai hargannya, meskipun terkadang orang sekeliling mulai membicarakannya, menilainya dengan harga minus. Namun dimataku ia adalah yang terbaik. Perkataan orang tua bukan lagi nasehat, tapi sebuah cemoohan yang membuatku harus mendurhakainya. Belaan, pujiab hanya untuknya. Menyebut namanya adalah sebuah obat rindu yang berkecamuk, suarannya bak obat bius yang mampu mencelakaiku, aku tak sadar mana yang benar dan mana yang salah dan tatapan matanya adalah setetes air dipadang shara dan sentuhannya adalah kehangatan yang tak terlupakan.
Dan ketika mentari tenggelam, aku mulai tersadar bahwa semuannya tak abadi, semuanya hanya angan-angan belaka yang telah menggelincirkanku, mengusik ketentramanku dan menghancurkan masa depanku. Aku bangkit namun tak setegak yang dulu, bulir-bulir penyesalanpun mulai kurasakan. “seandainya.......” akh sebuah kata yang tak penting dan hanya akan mengusik bangkai yang telah tertanam dalam-dalam
***
Pancaran bias-bias sang mentari menerpa tiap-tiap helai dedaunan pohon yang rindang sembari kicauan burung bersahut-sahutan bertengger didahan menari terbang dari dahan yang satu ke dahan yang lainnya. Indah begitu mengagumkan, sebuah siklus hidup berantai dalam ekosistem yang diatur begitu mena’jubkan. Sungguh bijaksana dan hebatnya sang pencipta alam dan mahluk yang mendiaminnya. Keindahan itu benar-benar bak syurga, sebuah senyum segar tersungging dari bibir tipis seorang pemuda tampan dengan tulus dan lembut. Matanya bak yang bak bola menatap lembut nian indah “ Oh T uhan .........................., sungguh Engkau maha Sempurna”. Kebahagiaanku meluap-luap girang tak terlukiskan kata-kata, lalu kuabadikan foto pemuda tampan nian indah bagi siapapun yang memandangnya, tak seorang pujanggapun yang mampu melukiskan sesuatu tentang dia. Ya dia adalah sosok pemuda perfect dimata wanita, dia adalah Tommy kekasihku.
Suasana indah dengan taburan cinta membuat suasana itu laksana syurga bagi siapapun yang mengalaminnya, namun semua itu berubah dalam sekejap, tegang membelalakkan mataku yang besar ketika Tommy mengutarakan niatnya untuk menjadi relawan di daerah perbatasan yang dilanda konflik perebutan daerah kedaulatan. Konflik yang kerap kali ini terjadi semakin memanas dan akhirnya memuncak saat ini, setelah kedua belah pihak negara tidak menghasilkan sebuah kesepakatan dan akhirnya kini mulai terjadi saling tembak menembak yang telah memakan korban puluhan jiwa
“kamu sudah gila ya Tom, kamu kan hanya seorang penulis yang tidak tau apa-apa tentang perang dan senjata, sementara yang kamu lawan adalah negara dengan penguasaan teknologi canggih jauh diatas kita” aku mencoba mengusik tekad Tommy yang nampaknya tak bisa diusik oleh siapapun. ”Tommy! Aku tau kau mencintai negri ini, tanah air kelahiranmu, tapi bukankah kamu bisa melakukannya dengan cara lain?!. Kamu adalah seorang penulis, maka banggakanlah negrimu dengan tulisan-tulisanmu. Tidak selamanya cinta tanah air diwujudkan dengan gugur dimedan perang secara sia-sia, karena perang bukan profesimu. Itulah arti cinta tanah air yang kutau, meskipun aku bukanlah seorang pecinta tanah air sepertimu” aku mencoba memberi pengertian kepada Tommy
“maksudmu?” Tommy nampaknya mendengarkan kata-kataku, aku mulai besar hati kalau Tommy tak akan pergi
“ya aku merupakan salah satu dari sekian banyaknya warga negara ini yang tidak mendapat keadilan, aku benci dengan negri ini negri yang tak tau terima kasih, habis manis sepah dibuang, meskipun sampai saat ini aku masih bertahan dinegri ini itu semata-mata karena Alm. Papa dan Mma yang tak mengizinkanku pergi dari negeri ini dan tetap sukses dalam profesiku. Dan satu hal lagi yang membuatku kuat yaitu kamu Tom, kamu! Karena itu aku mohon dengan sangat jangan pergi. Demi aku, please”
“aku tak tau sebagaimana kamu membenci negri ini, tapi ada satu hal yang harus kamu tau bahwa aku mencintai tanah airku melebihi nyawaku sendiri, begitupun aku juga mencintaimu Chance, jadi jangan paksa aku memilih sesuatu yang tak bia aku pilih. Biarkan aku pergi bersama cintamu” Tommy merendahkan nada suarannya, memandangku dan memegang kedua tanganku dengan lembut
Sungguhaku tersihir indahnya, aku tak bisa berkata, hanya lelehan air mata yang tak pernah terberrsit dalam anganku untuk menunjukkannya di depan Tommy. Aku tak mau menjadi wanita cengeng di depan Tommy, aku harus kuat, tegar bak karang di lautan gelombang, namun kali ini kesombongan dan keangkuhanku luluh. Aku menangis sejadi-jadinya, memeluk erat Tommy, seolah Tommy akan pergi untuk selamannya. Tommy mencoba menenangkanku, mengusap air mataku dengan tangannya yang lembut penuh kehangatan
“Chance! Aku ingin melihat Chance yang dulu, kuat, tegar bak karang di lautan gelombang, bukan Chance yang lemah dan cengeng seperti ini” Tommy mencoba menghiburku, namun isakku semakin menjadi-jadi. “Chance aku tak melarangmu ataupun menyalahkanmu menangis untuk sesuatu yang pantas kamu tangisi, namun bukan aku. Aku terlalu rendah untuk kau tangisi dan aku ingin melihat senyum manis seorang yang paling cantik di dunia dan aku juga akan tenang jika kamu memberikan senyum itu untuk kepergianku, bukan isakan. Tolong Chance tersenyumlah untukku. Demi aku pemuda bodoh yang telah membuat senyum manis itu hilang darimu”. Pinta Tommy dengan penuh harap, meskipun suarannya berat, namun ia mencoba tetap tegar dan tersenyum
Aku mengusap air mataku dan melepas pelukanku, lalu kugenggam tangan Tommy dan kupandangi mata bak bola itu, letih penuh harap akan pintannya, hingga tanpa sadar bibirku erekah dan menyunggingkan senyum kepadanya, meskipun berat dan sulit dan tak lama kemudian Tommy langsung pamit pergi padaku
“Chance! Aku pamit, nanti malam kendaraan yang akan membawaku ke perbatasan akan datangdan sekarang aku harus berkemas”. Tanpa panjang lebar Tommy menciumku, menatapku, lalu pergi. Aku hanya terdiam menatap kepergiannya dan.........................
***
Aku berlari kesana kemari, memanggil siapapun yang mendengarku, namun sepi........, senyap tak ada sahutan, yang ada hanyalah limbahan darah dan lautan mayat yang bergelimpangan, sementara para musuh telah kembali dengan angkuhnya. Kutatap kekasihku Tommy beku dalam dalamnya yang menyungging senyum kaku penuh bangga akan apa yang telah dilakukannya
“Tommy..........., tidak.............! kamu tak boleh pergi, lihatlah aku, aku tak kuasa tanpamu, apa arti idupku, jika kamu orang yang paling kusayang sudah tak peduli lagi denganku. Tommy! Tommy! Dengarlah isakku, bangunlah untukku. Tommy........! jeritanku histeris terbawa ke alam sadarku dan akhirnya aku terjaga dari mimpi burukku
Nafasku terengah engah, mataku memandang kesekeliling sudut ruangan mencari sosok jasad Tommy yang pucat pasi namun senyum manis itu tak pernah hilang darinnya, namun tak kutemukan apa-apa dan aku sadar kalau aku hanya mimpi buruk. Kutatap jam dekerku telah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Aku masih panik bercampur takut. Takut kalau mimpi itu betul-betul terjadi. Kuambil segelas air putih diatas meja, lalu kuteguk untuk memulihkan keadaanku, lalu aku langsung menuju ruang Laboratorium dan memeriksa virus-virus X milikku. Virus ini kudapatkan melalui hasil perkawinan berbagai virus mematikan di dunia, sehingga terciptalah Virus mematikan ini yang menyerang organ tubuh manusia yaitu dalam hitungan menit akan mengganggu sistem kerja organ dan dalam hitungan jam denyut nadinya akan terhenti, dimana Virus ini dapat berkembang biak 10.000 kali lipat dalam hitungan detik. Namun keistimewaannya kehidupannya dapat dikendalikan dan akan mati seiring matinya penderita dan tidak menular dari penderita ke yang lainnya serta hanya aktif pada saat berada di udara bebas dan akan tidak aktif jika berada dalam ruang hampa udara
Dengan bertbagai keistimewaannya dan berbentuk Virus, maka musuh tidak akan curiga dan tak mampu untuk mendeteksinya dengan teknologi alat berat paling canggih yang ada saat ini
Aku langsung menuju daerah perbatasan, meskipun banyak yang melarangku namun aku tetap bersi keras masuk ke daerah perbatasan dan melempar Virus-Virus ini ke arah lawan, namun na’as kakiku tertembak dan jatuh hingga tulang sum-sum tulang belakangku retak, hingga akhirnya aku lumpuh dan hanya bisa duduk diatas kursi roda
***
Kutatap mata Tommy, letih......, seakan asannya telah rapuh. Butiran-butiran salju cair menetes dari tiap-tiap sudut matannya. Pucuk-pucuk cemara hatinya tersayat-sayat sembilu menghujam jantungnya, tak kulihat lagi ketegaran dan keperkasaan, hanya penyesalan dan rasa bersalah yang berkecamuk dalam dadannya, sementara Virus-Virusku menelan korban terus-menerus. Para Peneliti mulai meneliti dan mencari penangkalnya

Comments

  1. ayo baca asik neh cerpennya,, karya anak SMA N 1 Sikur

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Garden coffe

for my friends

Kotaraja Forum